Jangan merasa hilang arah jika datang ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Banyak pilihan yang bisa dijadikan objek berwisata. Salah satunya, wisata untuk mengenal budaya dengan biaya yang relatif murah. Dengan menggunakan Transjogja seharga tiga ribu rupiah, saya dapat berkeliling Kota Budaya. Pilihan yang tepat jika ingin melihat isi kota seperti apa saja.
Pagi itu, saya dapat melihat sebagian aktifitas warga, hiruk pikuk kendaraan, kegiatan jual beli di pasar hingga beberapa titik kemacetan di daerah sekolah saya lihat dari balik kaca. Selain itu, saya melewati jalan Malioboro, yang merupakan pusat para wisatawan. Sekitar 45 menit waktu perjalanan atau 17 kilometer jarak tempuh menuju timur laut Yogyakarta, saya menentukan tujuan untuk berwisata ke Candi Prambanan.
Setelah sampai di kecamatan Prambanan, saya sempat kebingungan. Apa benar Candi Prambanan ada disini. Setelah keluar dari halte, melihat sekeliling, saya tidak melihat tanda-tandanya candi berdiri. Setelah bertanya penjual gado-gado dan sekaligus mengisi perut, ternyata candi ada disebrang jalan terhalang pepohonan.
Menyeruput teh hangat dengan ditiupi udara yang cukup sejuk bercampur hawa pasar, sejenak melupakan hawa Jakarta. Pengalaman yang berbeda dari rutinitas biasanya, membawa imajinasi saya terhadap bahasa logat jawa, membuat saya tersenyum bahagia. Bahasa dan keramahan mereka yang santun, khas orang Jawa, bagi saya seperti melihat adegan seni pertunjukkan.
Setelah memasuki kawasan Candi Prambanan, ada aturan untuk memakai kain batik. Hal ini merupakan tata krama untuk memasuki candi. Setelah memakai kain yang sudah tersedia, saya melihat kemegahan candi lebih dekat. Banyak pemandu dual language yang bersedia mengajak berkeliling kawasan candi.
Dari hasil menguping penjelasan pemandu wisata, ternyata Candi Prambanan berbeda dengan Candi Borobudur. Salah satu perbedaannya adalah Prambanan merupakan bangunan bersejarah ajaran Hindu. Dibangun pada peradaban Jawa Kuno, abad ke-9 masehi. Candi ini merupakan warisan budaya yang disahkan oleh UNESCO. Prambanan merupakan salah satu candi Hindu termegah di Asia Tenggara dengan tinggi bangunan hingga 47 meter.
Selain melihat bangunan Hindu yang megah, coba melihat lebih dekat lagi. Banyak relief dan arca yang menarik untuk dipelajari. Asal muasal candi ini tercipta karena masyarakat Jawa masa itu ingin mempersembahkannya kepada para dewa. Prambanan pun dipersembahkan kepada Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pemusnah. Ketiga dewa tersebut bernama Brahma, Wisnu dan Siwa, yang merupakan Tuhan dalam ajaran agama Hindu, dikenal dengan nama Trimurti.
Jika memasuki daerah candi yang sedang direnovasi, diwajibkan untuk memakai helm untuk keselamatan kepala. Tadinya saya bertanya-tanya, buat apa memakainya. Tidak lama kemudian, "tokk!", kepala saya membentur bagian atas pintu candi. Ternyata sangat berguna untuk mengantasipasi terjadinya benturan di kepala saat memasuki pintu-pintu candi. Keselamatan merupakan hal utama yang perlu diperhatikan pada saat berwisata.
Selain keagungan bangunan Prambanan, saya takjub dengan relief yang terlihat di bagian dinding candi. Relief merupakan gambaran potongan dari cerita mengenai sejarah masa lalu. Sangat menarik untuk melihat relief-relief di Prambanan. Ada banyak jika ingin mengetahui cerita dibalik sebuah relief satu persatu. Setiap bagiannya memiliki makna dan cerita tersendiri.
No comments:
Post a Comment