Sunday, July 12, 2015

The Epic Fail Holiday In The Hope Island : Seribu Islands

Waktu bisa jadi beharga ketika menentukan liburan. Liburan yang singkat belum tahu ke mana, ingin berenang, menikmati udara bersih dan matahari tanpa adanya hiruk pikuk penatnya Jakarta, ini jawabannya!

Perjalanan ini dimulai untuk merayakan kepergian teman saya yang akan belajar ke negara lain. Untuk perayaannya, "Ras, jalan-jalan yuk ke pulau? Tanya saya ke Raras. Ajakan ini didukung dan disetujui oleh rekan lainnya. 

Setelah mencari informasi dan menentukan tujuan ke Pulau Harapan, sehari sebelum keberangkatan, saya dikabari bahwa pulau tersebut penginapannya sudah penuh. Hal yang paling menggemaskan ketika sudah merencanakan dan mengatur jadwal liburan, bisa batal karena tidak mendapatkan penginapan. 

Sejenak saya berpikir, jika tidak dapat penginapan, mungkin camping disalah satu pulau terdekat, pastinya akan seru juga. Pergi ke pulau yang tidak ada penghuninya, mungkin belum ada listrik dan bisa bebas berekspresi, itu tempat yang saya harapkan untuk menikmati liburan kali ini. 

........

Tepat di hari keberangkatan. Terdengar suara adzan subuh berkumandang. Menandakan saya dan delapan teman-teman harus segera berangkat dari tempat berkumpul menuju ke pelabuhan Muara Angke. Dengan menggunakan dua taksi dengan akses tol lingkar luar Jakarta, sesuai dengan janji temu pukul lima subuh di pom bensin Muara Angke, kami bertemu dengan dua teman lainnya.

Kondisi pagi di Muara Angke. Namanya juga pasar ikan. Masker penutup hidung seperti alat bantu pernafasan. Saya sedikit kaget melihat hiruk pikuk kepadatan disini. Saya mengira kemacetan terjadi karena pedagang yang berjualan. Ternyata, orang yang ingin berlibur ke pulau sangat banyak jumlahnya.




Setelah personil lengkap, kami berjalan untuk menaiki kapal. Wah, untuk saya, ini merupakan pengalaman yang berkesan. Selagi mencari kapal yang berlabuh menuju Pulau Harapan, saya harus hati-hati dalam melangkah. Jika salah melangkah disaat menyebrang kapal, saya akan nyebur di air laut yang sudah terkontaminasi, warnanya berubah menjadi hitam!

Setelah menemukan kapal dan duduk tenang. Ternyata, kami harus menunggu kapal ini terisi penuh penumpang. Ditambah lagi, penumpang dipaksa untuk duduk berdesakan di dalam maupun diluar kapal.






Selain itu, baru pukul sembilan pagi sekitar tiga jam kapten kapal baru berlabuh. Komentar dari teman saya yang sudah pernah pergi ke kepulauan seribu,"emang begini, kalau datengnya siang nggak dapet tempat". Doweng! Meskipun terlihat seperti kacau balau, perjalanan kali ini memiliki sisi yang berbeda dan unik dibandingkan dengan perjalanan saya ke Kepulauan Derawan atau Pulau Karimun Jawa.

Oia, meskipun batal berlibur di Pulau Harapan, kami tetap ada harapan melihat Harapan pada saat transit menuju Pulau Perak.



Hello Captain! Lets Go!

Tanpa ABK, kapal akan bertabrakan. Sangat tradisional cara mereka mengoprasikannya

Akhirnya berangkat juga dengan pemandangan berkabut tipis


Lihat tulisan berikutnya:














No comments:

Post a Comment